ADA HIKMAH DI BALIK PANDEMI COVID-19 DAN DIBULAN RAMADHAN
Oleh : HASTUTY HANAPING.S.E
Membaca informasi tentang corona virus disease (COVID-19), baik melalui Media Massa, Media Online ataupun mendegar beritanya dari televesi siapa yang tidak takut?. Virus ini pertama kali muncul di Kotan Wuhan. Dari Wuhan di Negeri China, bermigrasi ke Indonesia kemudian masuk ke Sulawesi Barat sampai di Kota Mamuju, tempat kami tinggal dan bekerja sebagai ASN Dinas Pariwisata Provinsi Sulbar.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa corona virus adalah virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus corona menyebabkan penyakit flu biasa sampai penyakit yang lebih parah seperti sindrom pernafasan timur tengah (Mers-CoV) dan sindrom pernafasan akut parah (SARS-CoV). Virus ini berkembang sangat cepat, tidak hanya di Indonesia bahkan ke berbagai negara, dan saat ini sudah merupakan suatu pandemi, yang melanda seluruh dunia. Menyikapi kasus ini maka berbagai kebijakan pemerintah dimunculkan. Mulai penerapan work from home, social distancing dan physical distancing, sampai diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang menimbulkan dampak bagi perekonomian di seluruh dunia.
Berbeda dengan pariwisata Corona diam-diam datang ke Sulawesi Barat tanpa promosi. Kedatangan corona bukan untuk berwisata atau meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sulawesi Barat seperti halnya kunjungan wisatawan Mancanegara dan wisatawan Lokal ke Sulawesi Barat. Destinasi Wisata Sulbar mulai dari daerah pegunungan di Mamasa sampai ke pesisir pantai di Polewali, Majene, Mamuju, Mamuju Tengah dan di Pasangkayu sepi dari pengunjung. Piknik yang biasa kami lakukan bersama keluarga diakhir pekan sebelum pandemic COVID-19, saat ini sudah tidak kami lakukan dan hanya bisa melihat di album dokumentasi keluarga.
Cara lain yang kami lakukan untuk menghilangkan kerinduan piknik bersama keluarga, terutama bagi anak-anak yang sudah jenuh di rumah, melakukan PIKNIK DI RUMAH SAJA, agar tidak bosan DI RUMAH SAJA!
Wabah Virus Corona ini mengajarkan kita lebih mensyukuri kehidupan yang telah di Anugerahkan Tuhan kepada kita yang selama lalai dan seringnya mendapatkan pujian dan sanjungan. dan tidak ada yang lebih berharga daripada keluarga dan kita diajarkan tuk kembali kepada hakikat hidup yang esensial dan menyadari bahwa betapa banyak hal yang tidak penting kita utamakan selama ini, tidak ada alasan untuk tidak beribadah di saat seperti ini karena hakikatnya ibadah adalah bagaimana hubungan dirimu dengan Tuhanmu.
Mewabahnya virus corona juga berdampak terhadap cara kerja kami di kantor. Sebelum virus ini mewabah, setiap hari Senin s/d Jum’at mulai dari pukul 08.00 – 16.00 WITA kami berada di Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Sulbar yang terletak di Kompleks Perkantoran Gubernur Sulbar Kelurahan Rangas Mamuju. Sekarang kondisinya berubah sementara, bekerja dari rumah (Work From Home) tanpa ditentukan jam kerjanya s/d batas waktu berakhirnya WFH, karena pemerintah terus saja menambah waktu WFH mulai dari bulan Maret s/d Mei 2020 ini. Bekerja dari rumah di bulan suci Ramadhan, membuat kami memliki banyak waktu untuk menyelesaikan tugas kantor yang dilakukan secara on-line. Sebagai ASN merangkap ibu rumah tangga hingga menjadi seorang guru dari semua mata pelajaran demi anak yang duduk di bangku Sekolah Daras Islam Terpadu Wildan yang duduk di bangku kelas enam,WFH bagi kami memiliki sisi negatif dan positif. Negatifnya,hampir semua kegiatan kantor tertunda pelaksanaannya. Hanya pekerjaan yang sifatnya administrasi saja yang bisa kami lakukan secara on-line, seperti membuat laporan dan melakukan revisi anggaran.
Bertemu dengan teman kantor, rapat langsung dengan pimpinan di kantor sudah dua bulan ini tidak kami lakukan. WFH mengharuskan kami bertemu dan rapat melalui group WA Pariwisata Marasa 2020 ataupun dengan menggunakan room yang ada di Appzoom. Sisi positifnya, banyak waktu untuk beribadah, bertemu dengan keluarga dan menyiapkan makanan buka puasa/sahur. Alhamdulillah, karena salah satu kegemaran/hobby kami adalah memasak, maka selain melaksanakan kegiatan WFH kami memliki banyak kesempatan mendalami pengetahun tentang kuliner sulbar (kue dan tradisional Sulbar) seperti : Kue Cucur, Masakan Bau Piapi, Apang, Sambusa, Jepa, Roti Pawa, Kue Paso, Bolu Paranggi, Kue Kui-kui, Tetu dll.
Diantara berbagai kuliner khas Sulbar yang paling sering dihidangkan di saat WFH dan di bulan Ramdhan adalah BAU PEAPI.Selain mudah dibuat bahan-bahannya di masa pandemi mudah didapatkan.
Bau Peapi adalah salah satu makanan khas yang sudah menjadi makanan sehari-hari orang sulbar. Bau berarti ikan, sedang peapi artinya dimasak (Bau peapi = Ikan Masak). Kebanyakan daerah pesisir lainnya di Indonesia juga memiliki kuliner ikan masak yang bahan utamanya adalah ikan laut. Ciri khas Bau Peapi yang membedakan dengan masakan ikan laut daerah lainnya adalah dari bahannya, yaitu Pammaissang (asam mangga) dan Minyak Mandar yang dibuat secara tradisional oleh masyarakat di Sulbar. Untuk rekan sejawat yang ingin mencoba membuat Bau Peapi, ini resep masakannya.
RESEP MASAK IKAN BAUPEAPI
Bahan :
- Ikan jenis Tuna ( Cakalang ) baik yang telah diiris atau dalam keadaan utuh, atau jenis ikan lainnya ( Bandeng, kembung ) juga bisa dijadikan sebagai bahan utama
- Bawang Mandar Segar, warga lokal biasa menyebutnya “ Lasuna Mandar “ atau bawang daun yaitu jenis bawang yang serupa dengan bawang jenis prei namun lebih pendek, memiliki daun yang agak panjang dan disajikan bahan untuk dicampurkan dalam kuah ikan.
- Bawang merah atau disebut : Lasuna Mamea “ sebagai bumbu dasar
- Cabe Rawit atau “ Cawe- cawe keccu “
- Cabe Besar atau di sebut “ Cawe Cawe Kayyang “
- Asam manga yaitu asam yang terbuat dari manga dan telah melalui proses pengeringan di mandar di sebut “pammaissang”
- Kunyit atau Kunis
- Minyak Kelapa, diutamakan yang berasal dari jenis “ Minna Mandar “ dengan tingkat lemak yang cukup tinggi ( sangat Khas )
- Garam secukupnya
- Merica jika ingin di merasa pedis atau mararas.
Cara membuat
Seluruh Bahan di atas di campur menjadi satu kemudian di remas dan timbahkan sedikit air hingga ikan sedikit terendam lalu di masak di atas belanga tanah.dan jika ingin betul2 ingin merasakan kenikmatan khas mandar sebaiknya dimasak dengan menggunakan kayu bakar
Selamat mencoba
tetap di rumah dengan perbanyak amalan Ibadah tuk bekal akhirat.
jaga kesehatan dengan mencuci tangan dengan benar dan berfikir positif.
ramadhan 1441 H