Ekonomi Kreatif dan Pariwisata
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Hubungan antara keduanya sangat erat dan saling mendukung, saling melengkapi dan saling membutuhkan pariwisata tanpa ekraf ibarat sayur tak bergaram, ekraf tanpa parwisata ibarat gambar tanpa warna, sedemikian pentingnya kedua hal ini pemerintah provinsi Sulawesi Barat melaui Perda nomo 1 2019 menyebutkan bahwa salah tujuan pengembangan kepariwisataan Sulawesi Barat “Terwujudnya daerah ini sebagai destinasi pariwisata berkelas dunia, berkelanjutan, berbasis pada potensi kearifan lokal yang mendorong pembangunan daerah, kesejahteraan masyarakat, menuju Sulawesi barat yang maju dan malaqbiq “.
Dipertegas dalam Tema dan prioritas pembangunan Tahun 2022, percepatan pembangunan Infrastruktur pelayanan dasar dan pemulihan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat, dengan mengakselerasi pembangunan ekonomi, mendorong berkembangnya pariwisata dan ekonomi kreatif yang bertumpuh pada pengembangan Kawasan destinasi pariwista , penguatan strukutur ekonomi kreatif di daerah dan pengembangan kemitraan.
Tujuan Pengembangan Kawasan pariwisata dan ekonomi kreatif ini agar adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang dapat memacu dan memicu peningkatan presentase pendapatan Domestik Bruto (PDRB) sektor pariwisata, berbasis masyarakat (community base tourism), berpijak pada mutu lingkungan dalam konsep pembangunan berkelanjutan (suistainable development) .
Kepariwisataan dan ekonomi kreatif merupakan dua sisi yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lain karena kegiatan pariwisata selalu terkait dengan apa yang dapat dibelanja di daerah wisatawan, oleh karena itu penyediaan karya ekraf sebagai produk khas daerah wisata sangat dibutuhkan untuk memperkuat Sehingga membutuhkan jaringan orang kreatif yang dapat menghasilkan karya yang optimal .
Namun dalam pengembangan kepariwisataan di sulawesi Barat, berbagai permasalahan pada sarana dan prasarana yang terkait attraksi, amenitas , aksesibilitas pada pengembangan destinasi, demikian juga pemanfaatan teknologi informasi colaborasi antar stakeholder dalam promosi pariwisata, pemberdayaan kelompok, assosiasi dan usaha jasa pariwisata dalam pengelolaan pariwisata belum maksimal Serta masih terbatasnya pemanfaatan sumber daya ekonomi kreatif di daerah dalam menunjang kepariwisataan
Upaya mendorong optimalisasi ekonomi kreatif di sulawesi barat maka dipilih beberapa subsector yang memiliki potensi resources yang tersedia yang kira kira prospektif disediakan oleh alam dan kearifan lokal berupa pengetahuan dan keterampilan yang tersedia sebagai hasil kreasi cipta , rasa dan karsa masyarakat sulbar yang terwarisi secara turun temurun sejak dahulu kala
Subsector ekonomi kreatif yang dikembangkan antara lain :
- Desain dan pengolahan tenun saqbe mandar, tenun sekomandi kalumpang serta tenun sambuq Mamasa
- Pengolahan sumber daya dari daun pohon gebang atau disebut dengan Lanu, kelapa dan bamboo
- Pengolahan bahan makanan yang bersumber kekayaan hasil laut
- Kesenian tradisional / pementasan seni
- Fotografi ,
- Berbagai bentuk desain lainnya
Hasil dari daya cipta dan karya kreatif ini terus dikembangkan sejalan dengan perkembangan kepariwisataan di daerah ini, hasil ekraf yang tidak terhubung dengan daerah wisata akan mengalami stagnasi produk, keterhubungan antara daerah wisata dengan produk ekraf memudahkan wisatawan mengakses hasil ekraf sebagai tanda kenangan dalam perjalanannya terkait dengan daerah wisata yang mereka datangi atau dengan kata lain daerah wisata menjadi pasar bagi pelaku ekonomi kreatif.
Strategi dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Barat dalam pengelolaan ekonomi kreatif kepariwisataan dengan melakukan focusing dan limitasi terkait dengan pilihan produk yang memiliki sumber bahan baku yang memadai dan jenis kesenian yang bersumber dari kekayaan intelektual masyarakat yang memiliki differensiasi yang tinggi
Pemgembangan tenun, sambu, sutera mandar, sekomandi sebagai bahan baku yang dapat diolah menjadi souvenir , pengembangannya disesuaikan dengan permintaan pasar wisatawan dan masyarakat pada umumnya sebagai targetnya berbagai karakeristik desainnya oleh karena itu diperlukan jaringan kreatif yang dapat mengadaptasikan atau menyesuaikan dengan permintaan pasar masa kini . sekomandi tenunan khas kalumpang ini dikembangkan oleh komunitas yang dipimpin oleh Ibu Bunga dengan berbagai motifnya, proses pembuatan dan hasil tenunannya dapat dlihat studionya yang beralamat di mamuju
Demikian juga kuliner yang berbahan ikan perlu kreatifitas agar menu yang berbahan ikan dapat lebih variative sehingga innovasi sumber daya berbahan ikan diharapkan menemukan varian menu yang memiliki cita rasa yang lebih tinggi, varian masakan yang lebih banyak pilihannya dan bahan baku ikan lebih banyak termanfaatkan.
Sedangkan untuk varian cendramata (souvenir) berbahan baku anyaman daun gebang, kelapa dan bambu, untuk pengembangan anyaman serat daun gebang (pappas) ditemukan banyak tumbuh di kampung Lanu kecamatan Campalagian, menurut Ridwan Alimuddin serat lanu ini telah dikenal sejak dahulu kala sebagai bahan kain layer pada perahu padewakang dan kain lanu ini sudah mendunia sebab telah sampai ke Darwin Australia bersama perahu padewakang, untuk berbagai desain tas dan lainnya pengembangannya bekerjasama dengan komunitas orang kreatif seperti Burapia kandeapi polman sementara bahan dari kelapa dan bamboo dengan berbagai variannya telah dikembangkan oleh salah sangar orang kreatif di daerah Baruga Majene.
Untuk pengembangan seni tradisi baik musik dan gerak tari, dilakukan pembinaan berupaya bekerja sama dengan komunitas seniman diberbagai tempatr di Sulawesi Barat salah satu diantaranya adalah komunitas Sureq Bolong yang sukses mempopulerkan lagu lautmu hidupku sebagai back sound pagelaran sandeq race 2019 Sulawesi barat.
Akhirnya saya mengucapkan terima kasih atas terbitnya buku ini, semoga menjadi inspirasi dan tetap semangat mengembangkan ekonomi kreatif mengelola bahan yang banyak ditemui sebagai kekayaan alam dan lautan di sulawesi Barat. harapan kita semoga Pariwisata dan ekonomi kreatif saling menyokong antara satu dengan yang lain kegiatan pariwisata selalu terkait dengan apa yang dapat dibelanja di daerahtujuan wisata, oleh karena itu penyediaan karya ekraf sebagai produk khas daerah turut serta memperkuat citra destinasi
Hubungan wisatawan dan pengrajin ini harus tetap didipelihara agar pasar dari karya kreatif selalu tersedia dan sekaligus dijadikan ukuran selera pasar sebagai bagian dari quality control dapat tercapai. usaha dari ekonomi kreatif ini, dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar obyek wisata dengan demikian upaya pemerintah Sulawesi barat dalam meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat maju malaqbiq dapat terwujudkan melalui sector kepariwisataan
Demikian mohon maaf bila ada kekurangannya wallahu muwaffiq ila Aqwami Thoriq wassalamu Alaikum Warahmatullahi wabarakatu.
Mamuju, Desember 2020