IT’S NOW OR NEVER
Sebuah diskusi yang diselenggarakkan oleh Komite Aksi Perjuangan Pembentukan Sulawesi Barat 15 – 16 Desember Tahun 2002 di Makassar bertema menyongsong Provinsi Sulawesi Barat dari beberepa paper yang disajikan dalam diskusi itu ada salah satu paper yang menarik perhatian peserta , yaitu paper dipresentasikan oleh Ketua Komite Aksi Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat Drs. H. Rahmat Hasanuddin, MA dengan judul Provinsi Sulawesi Barat dan Pertanggungjawaban Sejarah, menurutnya bahwa keberanian memperjuangkan Provinsi Sulawesi Barat terpisah dari Sulawesi Selatan, karena keyakinan akan kemampuan membangun tatanan kehidupan masyarakat secara lebih baik dengan memberdayakan potensi yang ada menata sumber daya produktif secara efesiens dan efektif, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan senantiasa menjaga nilai-nilai budaya dan nilai perjuangan rakyat Mandar (Sulawesi barat) dalam keutuhan Negara Republik Indonesia yang maju , mandiri, tangguh, aman dan sejahterah dalam bingkai Negara kesatuan Republik Indonesia.
Dipandang dari sudut ini, terlihat bahwa inti dari sebuah pemekaran adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui berbagai upaya dengan , memanfaatkan secara bijak seluruh potensi sumber daya manusia sumber daya, alam, dan sumber daya cultural yang dimiliki oleh daerah ini, menuju ke tatanan social yang lebih bermartabat.
Kesungguhan dan keberanian mengantar suatu cita dalam menggagas sebuah provinsi dengan tatanan yang lebih baik , bukanlah isapan jempol belaka akan tetapi para penggagas Provinsi ini sadar dan meyakini secara mendalam bahwa daerah Mandar hanya akan dapat berkembang dengan cepat kalau dapat berdiri sendiri menjadi sebuah provinsi terpisah dari provinsi Induknya Sulawesi Selatan, sangat dipahami bahwa Sulbar memiliki kekayaan alam, yang tersembunyi di balik indahnya jejeran bukit dan pegunungan, kekayaan itu tersimpan diantara rimbunan pohon dan lembah-lembah sepanjang daerah pitu ulunna Salu dan Pitu Babana Binanga, dibawah deburan ombak di sepanjang pantai mulai dari paku sampai ke Suremana.
Ketersediaan sumber daya alam yang kaya pada sektor pertanian, perkebunan kehutanan, kelautan selama ini memang menjadi tumpuan hidup masyarakat selama ini, bukankah resimen Batalyon 710 pernah mengangkangi daerah ini, kesatuannya besar dan membesarkan diri di Tanah Mandar, dengan cara pirates menyikat hasil-hasil pertanian masyarakat seperti kopra lalu mereka menukarnya dengan senjata dan peralatan militer lainnya. dan disaat Sulbar dimekarkan para investor sibuk mencari peluang bisnis di Sulawesi barat melalui bidang pertanian, pertambangan minyak dan Gas Bumi.
Sedangkan potensi Sumber Daya Manusia, daerah ini banyak melahirkan manusia-manusia cerdas yang intelek, orang-orang Mandar adalah komunitas yang gemar makan ikan hampir sama yang dialami oleh manusia Jepang, namun masih sebahagian belum mendapatkan pendidikan yang lebih baik, Dalam kenyataan sejarah dari dulu daerah Pitu Babana Binanga dan Pitu Ulunna Salu ini telah memiliki sumber daya manusia yang patut menjadi tokoh panutan disegani lawan maupun kawan.
Dalam tulisan Adi Arwan Alimin diharian ini mengemukakan bahwa nilai-nilai demokrasi di Mandar Jauh lebih dahulu diterapkan sebelum Amerika menjadi sebuah Negara Demokrasi di Tanah Mandar, sejak ratusan tahun lalu telah memilki konsep demokrasi sejak jaman Tomepayung Raja Balanipa kedua sekitar awal abad ke 16 yang sudah menegaskan bahwa setiap orang memlki kepantasan untuk di daulat menjadi pemimpin, system konfederasi Pitu Ulunna Salu Pitu Babana Binanga yang melahirkan piagam Sipamandar di luyo merupakan suatu bukti bahwa orang Mandar memahami kesetaraan dan perlakuan yang sama bagi setiap warga, konon beberapa penelitian sejarah mengakui bahwa Negara paling demokrasi di Asia saat itu adalah Negara yang berada di Tanah Mandar
Demikian juga aspek penegakkan hokum tercatat Tomepayung pernah memberlakukan hokum duel maut di atas bukit Tamajarra dengan cara bagi laki-laki yang berperkara penyelesaikan hukumnya adalah kedua orang bertikai di masukkan ke kandang batu, dalam ring tersebut mereka diadu secara kesatria dengan menggunakan senjata tajam yang meninggal itulah yang bersalah dan bangkainya dibuang ke jurang artepak arena duel maut ini masih dapat disaksikkan di bukit Tamajarra sampai hari ini.
Pada era pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia jejak perlawanan rakyat Mandar kepada Belanda sungguh sangat heroic seperti yang diperlihatkan salah seorang Raja Balanipa yang bernama Tokape Ia dengan berani menolak seorang amtenar Gubernur Belanda pada jamannya dan karena penolakannya balasan yang terima adalah hukuman buang ke Pacitan Jawa Timur tahun 1872, sampai akhir hayatnya Ia tidak pernah kembali lagi ke Tanah Mandar. Heroisme seorang I Calo Ammana Wewang Maraqdia Malolo Balanipa yang harus merasakan dinginnya sel penjara Belanda di Bangka Belitung, karena kegigihannya menolak Belanda bercokol di Tanah Mandar, Ia digelari Topole diBalitung . demikian juga yang terlihat pada perlawanan Pattana Bali yang gigih melawan Belanda di Mamuju Ia tertangkap dan dibuang ke Jepara Jawa Tengah 1909 dan yang lainnya adalah Demmatande memimpin perlawanan Belanda di daerah Pitu Ulunna Salu gugur bersimbah darah bersama keluarganya di Benteng Salubanga tahun 1914 karena enggan menyerah kepada Belanda dan yang lebih hebat lagi Seorang Perempuan Mandar pemimpin Laskar Kris Muda Mandar bernama Andi Depu mendapatkan 11 tanda Jasa dan Penghargaan Negara yang salah satu diantaranya adalah Bintang Maha Putera Republk Indonesia yang diserahkan oleh Ir. Soekarno dan Bintang Gerilya yang sematkan oleh Jendral AH. Nasution, ini membuktikan bahwa orang Mandar sejak dahulu sudah mendapatkan pengakuan.
Selain itu sumber daya cultural Daerah ini memendam potensi budaya yang luar biasa keunikannya, sebutlah Situs Arkeologi Minanga Sipakko Kalumpang Kabupaten Mamuju Situs ini diakui oleh para arkeolog sebagai situs terlengkap di Asia Tenggara, yang dapat mengungkap migrasi orang-orang Melayu Tua ke Nusantara , bahkan situs ini dapat menerangkan penyebaran manusia di Asia Tenggara
Sumber daya cultural yang lainnya yang membanggakan adalah keberhasilan Sulawesi Barat, mendapatkan penghargan utama dalam pestival Karnaval Budaya nusantara di Istana Negara Jakarta melalui penampilan sayyang Pattu’du tanggal 19 Agustus 2008 memboyong piala presiden. semua pihak berdecak kagum memuji penampilan kuda-kuda yang pandai menari, dan menjadi tontonan tersendiri yang mendapatkan applaus dari berbagai pihak artinya secara Nasional khasanah kebudayaan di Sulawesi Barat telah diakui keunikan dan keberadannya.
Untuk mengangkat sumber budaya cultural yang sedemikian beragam itu para budayawan dan seniman telah menggagagas agenda , mendorong pembangunan taman budaya yang berada tepat di aura para empuh dan budayawan itu sendiri dan yang kedua mendorong dibangunnya Gedung Kesenian di Ibukota Provinsi sebagai tempat para seniman mengapresiasikan hasil karyanya. kitapun memberi apresiasi kepada Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan karena gagasannya mendorong dua buah festival budaya secara bersamaan yaitu festival pedalaman dan festival maritime, yang bertujuan merekam. mencari jejak – jejak hasil budaya dan kesenian tradisi seperti music, tari, sastra yang masih asli dan unik di daerah pitu Ulunna Salu yang diyakini lebih banyak tersimpan dan belum sempat diangkat ke tengah-tengah public, demikian juga pestival maritime untuk lebih mengesplorasi kekayaan budaya, mengaktualisasi kembali karya – karya seni sebagai artepak budaya yang memiliki daya tarik tersendiri baik dalam bentuk site attraction maupun dalam bentuk event attraction yang nyaris punah dalam lipatan zaman. .
Terbentuknya sebuah provinsi Sulawesi Barat, pada hakikatnya adalah jembatan emas untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat tetapi yang paling pokok dapatkah kita menjawab sebuah pertanyaan besar setelah terbentuk Sulbar apa yang sudah kita lakukan ? mampukah hari ini berbuat untuk masyarakat yang ada di daearah Pitu Ulunna Salu dan Pitu babana Binanga secara signfikan melangkah ketingkat kehidupan yang lebih baik, bagaimana mengelola modal pembangunan utamanya sumber daya manusia, sumber daya alam maupun pelestarian nilai-nilai tradisi dan kebudayaan masyarakat lebih baik, yang tentunya menjadi derajat pembeda yang signifikan ketika masih berada di Provinsi induk. tataran seperti inilah yang sesungguhnya diingini para tokoh Pejuang Sulbar masa lalu.
Nilai dari Ide –ide dan cita – cita yang menjadi asal usul pembentukan sulbar tersebut haruslah dapat diinternalisasi oleh setiap orang yang bergerak dan bekerja dilingkungan penyelenggara pemerintahan di Sulawesi Barat alasannya adalah bahwa tujuan atau goals dari sebuah proses itu, haruslah kembali kecita-cita semula, seperti kata orang bijak tujuan adalah awal dari sebuah perencanaan sehingga diperlukan pandangan holistic terpadu dan menyeluruh terhadap landasan aksiologi daerah ini dimekarkan.
Pertanyaan – pertanyaan tersebut di atas sesungguhnya menuju ke pribadi kita masing-masing apa yang sesungguhnya yang telah dilakukan untuk provinsi perjuangan ini, layaknya sebuah perahu yang bernama Sulawesi Barat tentu harus tahu di posisi mana kita berada, apakah dihaluan, di layar, di geladak, di ruang kemudi, di lambung perahu atau penumpang biasa, oleh karena itu kita dituntut memiliki ideology atau cara pandang yang sama dalam membangun Sulbar ini ke depan.
Ideologi yang dimaksud berkaitan dengan cara pandang kita dalam melihat sulbar ini, ada kemamuan bersama untuk memajukannya menurut peran dan tingkat legalitas posisi yang kita miliki sehingga aksentuasi peranan yang diemban baik dipemerintahan atau ditingkat manapun tetap berada pada tataran proporsional peran yang dilakoni sehingga kita bersama bekerja dan bekerja bersama dalam memajukan daerah ini
Untuk menjabarkan ideology tersebut diperlukan kerja nyata sesuai bidang masing-masing seperti penguatan kelembagaan melalui performance kerja setiap orang, dalam menjabarkan program teknis pelayanan memerlukan manajemen yang jitu dalam melaksanakan setiap kegiatan, sedangkan pada penentuan metode kerja, diperlukan hubungan yang dinamis dan cooexit alur antara pimpinan dan bawahan yang berbuntut pada delegation of authority antara keduanya. Arah kerja seperti ini diperlukan agar terjadi kesetaraaan antara pimpinan dan bawahan dan menghindari terjadinya disharmonis , sekaligus permakluman bahwa pimpinan sebagai kepala, tahu diri bahwa otoritas yang melekat padanya bukanlah bersifat mutlak dan memandang kantor yang dipimpinnya sebagai warisan nenek moyangnya, tidak seenak perutnya mengatur pekerjaan merangkap berbagai peran, Three in one, sebagai pimpinan, merangkap Tata Usaha serta bendahara sekalian. celakanya lagi berani mendehumanisasi bawahan yang mengiritknya dengan menyebar fitnah ke pimpinan lebih tinggi. menabrak aturan main untuk kepentingan pribadi sendiri. Padahal di dalam melaksanakan tugas tugas pelayanaan masyarakat (service), Pemberdayaan (Empowering) dan pembangunan (Development) memerlukan kompetensi yang standar dan standar kompetensi bagi para pejabat yang diberikan tanggung jawab pekerjaan, tujuannya agar dapat melakukan pekerjaan yang benar dan melaksanakan pekerjaan dengan benar serta berupaya menghindari kesalahan identifikasi persoalan teknis kegiatan yang dijalankannya.
Untuk mencapai hal tersebut di atas di perlukan peran aktif di setiap orang agar senantiasa menjaga kemampuan dan merawat kompetensi yang dimilikinya dalam bekerja pada bidang tugasnya kompetensi serta kemampunan Individual ( Individual Mastery), adalah kerakter tersendiri dan menjadi jaminan akan hasil yang akan dicapai, selain itu tetap membangun kerjasama yang lebih intens diantara anggota organisasi sehingga terbangun pula intimacy diantara para karyawan yang ada di tempat kerja sebagai team work (group Mastery) dan terlihat dalam satu irama pekerjaan , tidak saling mencurigai antar anggota sebab masing-masing memilki keterbukaan yang dapat diterima oleh semua fihak.
Dalam melakukan pelayanan, pemberdayaan serta pembangunan sebagai tugas pokok birokrasi diperlukan model competency yang compentatif dapat bekerja secara bersama di disetiap lingkungan kerja sebab mustahil bila tugas pokok dapat dilakukan sendiri tanpa melibatkan orang lain. Oleh karena itu diperlukan kerja keras dan kerjasama dari berbagai fihak dan unsur agar harapan akan Sulbar ke depan betul-betul menyatu dalam alam impian para tokoh pendirinya .
Paling tidak kehadiran Provinsi Sulawesi Barat telah terbentang harapan besar untuk sebuah perubahan pada masyarakat terutama pada dan kesejahtraan yang dapat dilihat dengan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat , pendidikan, kesehatan , bergeraknya sector ekonomi rakyat,melalui pembanguann infrastruktur serta prasarana wilayah yang memacu pertumbuhan investasi segala sector kehidupan, karena terbukanya peluang investasi baik pemerintah maupun swasta akan membuka banyak lapangan pekerjaan serta yang lebih penting lagi terpeliharanya sebuah identitas budaya Mandar yang nyaris tertelan dalam putaran masa
Itulah sebabnya , mengapa Gubernur Sulawesi Barat sebagai salah satu tokoh pejuang pembentukan Sulawedi Barat memahami betul kemengapaan Sulbar ini dimekarkan tentu semangat yang menggelora dalam diri beliau, terlihat dengan tidak kenal lelah, pantang menyerah berjuang di pusat untuk mendapatkan dukungan dan perioritas dalam memajukan propinsi baru ini. sehingga menjadi provinsi yang berkembang secara cepat sejajar dengan provinsi lainnya di Indonesia sebagai sebuah amanah pertanggung jawaban sejarah.
Maka tidak ada pilihan lain bagi kita semua agar bekerja keras, ke andalan aparat terutama yang berada di tingkat SKPD sangat diharapkan, karena pada wilayah inilah berbagai kegiatan dilakukan dalam mewujudkan cita-cita para penggagas provinsi ini , tidak ada waktu bersantai, apalagi mau melakukan “tikungan iblis” mengambil keuntungan sendiri ditengah penuntasan berbagai tantangan sebagai provinsi baru, dan tidak pula etis “menikam mimpi” para pejuang Pembentukan Sulawesi Barat di saat usia Sulbar baru menginjak 5 tahun . Meminjam istilah Pak Arsyad Hafid pada apel pagi 19 Januari lalu , satukan visi untuk menuju masyarakat yang lebih baik seperti cita – cita para Tokoh Pejuang Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat. Its Now Or Never because Tomorrow too late and loss time never-never come back again tabe…….
Sumber : Farid Wajdi